Menjadi Orang Tua sekaligus Guru
Pada postingan
terdahulu, jadilah orang tua (guru) BRENGSEK saya telah memberikan gambaran
keadaan anak anak kita di jaman digital ini. Saya akan selalu menulis orang tua
dalam kurung guru =orang tua (guru), karena orang tua itu adalah guru yang
utama, dan seorang guru harus belajar
pada orang tua bagaimana seharusnya bisa menjadi guru yang layaknya orang tua.
Sesaat setelah
Bunda Theresa mendapatkan nobel perdamaian, ada seseorang yang bertanya
padanya,”Suster, bagaimana cara untuk membuat dunia ini damai ?” Bunda Theresa
menjawab,”go home and love your family” sepenggal saran yang sarat makna dan
mendalam, dimana sebenarnya keluargalah yang menjadi core, inti dari perjalanan
sejarah di dunia. Tidak sedikit para pemimpin dunia yang mengambil keputusan
atau bertindak, di latar belakangi oleh pengalaman dari perlakuannya di
keluarga. Hitler contohnya (baca deh sejarang Hitler), Santa Angela, pandangan
dan teladan hidup Santa Angela dibentuk di dalam keluarga karena ayahnya selalu
menceritakan kisah orang orang kudus, Thomas alfa Edison, dll.
![Hasil gambar untuk keluarga bahagia](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf8Fc3K5vmmIyxbkT01igJIEFaj9Kx5a1LrtlSfJ7xn9e3whXTnKi7xwKEKLVvumtYiIrC1A5a5jvJXTHKSOFMSbedZNc7JfytoLAOmdVUc8UDX4MDmVJsqqVQvrMYCshARr56JLC-ucU/s1600/keluarga+bahagia.jpg)
Keluarga adalah
tempat dimana kita akan dibentuk dan membentuk
Kunci dari
pernyataan Bunda Theresa adalah bila seluruh keluarga di dunia ini mampu
menciptakan kedamaian maka dunia akan damai. Kunci dari keluarga adalah orang
tua.
Pada kesempatan
saat ini saya mencoba menjabarkan bagaimana kita sebagai orang tua (guru) dapat
menjadi BRENGSEK?
B yang pertama adalah Baik, “tidak ada manusia yang sempurna karena
kesempurnaan adalah milik Allah, baik disini menitik beratkan pada cara pandang
atau perpektif, bahwa kita selaku orang tua (guru) pasti ingin yang terbaik buat anak-anak(murid) kita,
hanya saja kita lupa terkadang perspektif baik menurut kita dapat dipandang
kurang baik oleh anak-anak(murid) kita. Perspektif atau cara pandang yang baik
adalah cara pandang yang berkompromi atau cara pandang yang menghasilkan “baik”
bagi orang tua(guru) dan “baik” juga bagi si anak(murid). Seorang sahabat saya
pernah bercerita tentang masa kecilnya yang dipaksa oleh mamanya untuk
menguasai seni tari, karena mereka berasal dari keluarga menak Sunda, jadi
mamanya mengharuskan sahabat saya ini kursu tari tradisional, padahal dia tidak
suka yang namanya menari. Ilmu yang didapat dari keterpaksaan membuat hasilnya
tidak maksimal bahkan minimalis, ada ketidakpuasan dari kedua belah pihak. Dari
pihak mama merasa kecewa sudah memberikan yang terbaik bagi anaknya tapi
hasilnya tidak sesuai harapannya, dari pihak si anak merasa kesal karena harus
menjalankan sesuatu yang tidak diminati, dia sekedar menjalankan agar mamanya
tidak marah dan tambahlah lagi kekesalannya karena sudah merasa dituruti kemamuan
sang mama masih juga disalahkan karena hasilnya tidak memuaskan. Situasi ini
dinamakan lose lose solution, karena akhirnya kedua belah pihak hanya
mendapatkan perasaan kekalahan.Intinya menjadi orang tua(guru ) yang baik
adalah mampu menjalin komunikasi dengan anak(murid) untuk menghasilkan win-win
solution. Jika anda berkeras untuk “memaksakan” suatu hal pada anak(murid)
anda, yang anda harus lakukan adalah
persuasi anak(murid) anda, beberkan fakta, contoh, keuntungan dari apa yang
akan anak(murid) anda dapat bila melakukan atau menerima keputusan atau saran
anda. Sehingga mereka mengerti, faham dan sadar akan pilihan orang tuanya
adalah demi kebaikan mereka sendiri.
R untuk Respek atau perduli, mulailah dari hal kecil
diluar rutinitas yang biasa anda lakukan kepada anak(murid) anda misalnya pujilah
gaya rambutnya atau pita yang dikenakannya, tanya bekal apa hari ini, ada
cerita menarik apa di sekolah hari ini, seru ngak hari ini di sekolah? Saya
jamin pasti awalnya mereka menjawab biasa aja, ya gitu deh, gak ada apa apa.
Jangan kecewa karena mereka sedang memandang aneh kepada anda “ mamah(guruku)
salah makan apa? Kok jadi sok deket, sok perhatian gini!!” mulailah dari diri
anda, ceritakan hal ringan misal: eh mamah tadi lari pagi di gasibu lho, wuih
seru udah bagus lho sekarang, kapan-kapan kita ke sana bareng yuk..”.
Respek menuntut kita melepaskan
ego, bukan memelihara sudut pandang
“aku,saya”, tapi mampu melihat kebutuhan anak(murid) anda. Bila melihat anak
lelah cobalah mengerti untuk tidak memaksanya pergi ke tempat les, bila
nilainya jatuh, cobalah untuk kali ini tidak memarahinya tetap i coba cari tau
dulu apa penyebabnya dengan mengajak anak(murid) anada bicara santai. Bagai
main layangan ada saat kita tarik dan ada saat kita kendorkan / ulur agar
layangan kita tetap membumbung tinggi.
Diperlukan kerendahan hati,
dan cara berfikir yang selalu positif dalam menciptakan suasana hati kita agar
mampu menghargai dan perduli pada keadaan anak(murid) kita.
E =energik, pernah sekali waktu saya datang ke lapangan untuk
mengajar masih dalam keadaan sedih karena masalah di rumah, hal ini membuat
saya kurang bersemangat saat itu saat mengajar. Meski saya berusaha untuk
bersikap biasa tetapi energi yang saya hasilkan negatif, alhasil suasana
pembelajaran menjadi kacau. Pada jam kelas berikutnya saya mencoba untuk fokus
meski saya tidak bisa membohongi kesedihan hati saya, tapi kali ini saya
mencoba lebih berfikir positif. Saya sedikit menceritakan suasana hati saya
yang lagi sedih (tidak cerita karena apa, hanya berbagi saja kalau saya sedang
sedih), saya terapkan B di atas dengan menyampaikan manfaat latihan atau
permainan hari ini bagi tubuh mereka. Saya sedang berkompromi untuk win win
solution dengan mereka, tanpa mereka harus terpengaruh dengan suasana hati
saya. Tetapi mereka fokus pada manfaat mereka melakukan gerakan yang saya
minta. Jadi Energik
yang saya maksud adalah guru(orang tua) mampu memancarkan sikap atau tindakan
yang positif.
Nyaman untuk N, adalah suatu keadan dimana murid(anak)
merasa tidak takut untuk bercerita pada kita, merasa ingin apapun diceritakan
pada kita, mereka ingin meminta saran, atau pendapat kita. Kunci untuk membuat
rasa nyaman murid(anak) kita adalah mau mendengar dan tidak bertindak sok, atau
over reaktif. Pernah suatu saat saya mendengar ada siswa bercerita pada wali
kelasnya kalau dia sedang suka pada seseorang, bahasa kerennya “ngeceng”. Dia
bercerita dengan menggebu dengan rona merah di pipinya, saya memperhatikan dan
menangkap ada rasa malu, ada rasa bangga, ada rasa ingin terpancar dari gaya
bahasa dan gestur yang ditunjukan sang anak. Sayangnya sang wali kelas kurang
peka, dengan “sok”bijaksana sang wali kelas mulai menasehati bahwa kamu itu
masih kecil, belum saatnya memikirkan hal pacaran,.... dan bla..bla...bla...
segudang nasihat lainnya. Sepintas tidak ada yang salah dan dirasa memang layak
dan seharusnya guru bertindak demikian, namun tanda sadar hal itu telah menutup
pintu rasa nyaman si anak untuk suatu saat dia akan bercerita kembali. Tanpa
kita sadar guru(orang tua) sering bertindak dengan menciptakan tameng untuk
melindungi si anak namun justru tameng itu yang membuat mereka tidak nyaman.
“jangan berpikir mereka belum saatnya tahu, atau mereka masih kecil”. Posisikan
mereka sebagai rekan atau teman anda, dengar, tanggapi dengan penuh penasaran,
gali kenapa dia suka si A, goda atau candai wajar, dan jangan berikan nasihat.
Anda harus seolah olah mendukung atau mengamini prasangka anak terhadap
perasaannya. Dan buat janji kapan kita berbicara lagi untuk membahas hal ini.
Nah barulah kita masuk pelan pelan untuk memberikan saran, nasihat. Sekali lagi kuncinya adalah mau
mendengarkan, buat mereka
berharga. Hal lainnya adalah masih banyak guru(orang tua) yang langsung
bertindak tanpa mendengar dulu alasannya, misalnya anak tidak buat lalai tidak
buat PR, yang terjadi adalah langsung menjudge malas, dan ditegur di depan
seisi kelas, apapun alasannya coba dengar dulu, beri kesempatan untuk
mengerjakan tanpa harus dipermalukan, atau bisa juga setiap hal ada kesepakatan/konsensus
bersama , apa akibat dari pelanggaran kesepakatan yang telah di buat. Ini akan
membentuk karakter tanggung jawab. Berikan
mereka kesempatan ke dua.
Jadilah guru(orang tua) yang GOKIL
maksudnya adalah kita bisa masuk dalam dunia anak(murid) dan mau mencari tahu
tentang jaman mereka. Terkadang kita harus tau apa yang lagi trend di kalangan
mereka, agar kita bisa nyambung dengan obrolan mereka. Jangan malu dan canggung
untuk menjadi seperti mereka. Bercandalah dengan mereka.
S untuk Strong atau kuat maksudnya adalah kita bisa
diandalkan oleh anak(murid) kita, berilah kesan kita tahu banyak. Caranya ya
kita harus banyak baca terutama yang berhubungan dengan fakta. Sering-seringlah
melontarkan fakta-fakta menarik dan sederhana, misalnya saat di lampu merah
beritahukan bila sistem lampu merah itu adalah menggunakan waktu yang telah di
set oleh polisi, misalnya 50 detik untuk lampu merah dan 40 detik untuk lampu
hijau, trus kenapa kalau malam lampu lalu lintas ada yang menjadi kuning
berkedip, dll.
Elegan...menuntut kita
sebagai guru(orangtua) yang kreatif dalam memecahkan masalah, misal kita mendapati anak atau adik
kakak yang bertengkar, terkadang kita dalam menyelesaikan masalah mereka secara
tidak sadar kita akan terbawa emosi untuk memarahi ke duanya ,mungkin kita
anggap adil karena tidak berpihak pada salah seorang. Apalagi kita tidak
melihat kejadiannya. Apakah masalahnya selesai? Tentu tidak, biasanya mereka
masih belum puas karena kita hanya memaksa untuk saling memaafkan dengan
masalah mereka yang menggantung. Sekali lagi coba untuk mau mendengarkan dari
sudut pandang ke duanya sebelum kita memutuskan, jangan ragu untuk berpihak
pada yang benar. Elegan juga berhubungan dengan cara kita memberikan punishment
ataupun reward. Saat ini saya sedang mencoba mengkaryakan anak –anak yang
datang terlambat ke sekolah untuk belajar menyapu, mengepel dan mengelap. Saya
katakan itu bukan hukuman tetapi bentuk sumbangan tenaga kalian bagi kebersihan
lingkungan sekolah, kenapa harus dengan tindakan demikian? Semata-mata itu untuk mengingatkan mereka
bahwa waktu haruslah dihargai, kita harus komitmen dengan waktu. Seusia anak SD
biasanya kalau mereka terlambat menurut saya yang bertanggung jawab adalah
orang tua/wali mereka, karena usia segitu berangkat sekolah pasti di antar,
jadi bila mereka terlambat bukanlah 100% salah mereka. Ada pula yang beralasan
anaknya susah bangun, lha itu tugas kita mendidik mereka untuk komitmen dengan
jadwal.
K untuk Kalem, dimana guru(orang tua) mampu mengontrol
emosi, mampu menyembunyikan perasaan yang ada dan selalu mampu menguasai
keadaan, dalam kata lain tetap tenang. Contoh kecil, saat anak(murid) terjatuh
dan terluka, biasanya kita sebagai orang tua (guru) panik dan membrondong
dengan berbagai pertanyaan,”kok bisa jatuh?” ,”jatuh di mana?”, kamu kok gak
ati-ati sih? Makanya jangan lari-lari, dll. Yang perlu dilakukan adalah tarik
nafas dalam dan keluarkan perlahan.
Nah demikianlah penjabaran singkat tentang bagaimana kiat untuk menjadi
BRENGSEK hehehe...bila pembaca sekalian tidak setuju, atau ada pengalaman lain,
atau kiat lain dengan sangat terbuka dan senang hati saya harapkan, untuk dapat
sharing berbagi pengalaman dengan saya.
Semoga kita senantiasa dimampukan oleh Tuhan untuk dapat menjadi Orang Tua
(guru) yang amanah dalam menjawab panggilan dan kepercayaan Tuhan pada kita
sebagai Guru(orang Tua), amiin.
Komentar
Posting Komentar