Menjadi Orang Tua sekaligus Guru

Pada postingan terdahulu, jadilah orang tua (guru) BRENGSEK saya telah memberikan gambaran keadaan anak anak kita di jaman digital ini. Saya akan selalu menulis orang tua dalam kurung guru =orang tua (guru), karena orang tua itu adalah guru yang utama, dan seorang  guru harus belajar pada orang tua bagaimana seharusnya bisa menjadi guru yang layaknya orang tua.
Sesaat setelah Bunda Theresa mendapatkan nobel perdamaian, ada seseorang yang bertanya padanya,”Suster, bagaimana cara untuk membuat dunia ini damai ?” Bunda Theresa menjawab,”go home and love your family” sepenggal saran yang sarat makna dan mendalam, dimana sebenarnya keluargalah yang menjadi core, inti dari perjalanan sejarah di dunia. Tidak sedikit para pemimpin dunia yang mengambil keputusan atau bertindak, di latar belakangi oleh pengalaman dari perlakuannya di keluarga. Hitler contohnya (baca deh sejarang Hitler), Santa Angela, pandangan dan teladan hidup Santa Angela dibentuk di dalam keluarga karena ayahnya selalu menceritakan kisah orang orang kudus, Thomas alfa Edison, dll.
Hasil gambar untuk keluarga bahagia
Keluarga adalah tempat dimana kita akan dibentuk dan membentuk
Kunci dari pernyataan Bunda Theresa adalah bila seluruh keluarga di dunia ini mampu menciptakan kedamaian maka dunia akan damai. Kunci dari keluarga adalah orang tua.
Pada kesempatan saat ini saya mencoba menjabarkan bagaimana kita sebagai orang tua (guru) dapat menjadi BRENGSEK?

B yang pertama adalah Baik, “tidak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan adalah milik Allah, baik disini menitik beratkan pada cara pandang atau perpektif, bahwa kita selaku orang tua (guru) pasti  ingin yang terbaik buat anak-anak(murid) kita, hanya saja kita lupa terkadang perspektif baik menurut kita dapat dipandang kurang baik oleh anak-anak(murid) kita. Perspektif atau cara pandang yang baik adalah cara pandang yang berkompromi atau cara pandang yang menghasilkan “baik” bagi orang tua(guru) dan “baik” juga bagi si anak(murid). Seorang sahabat saya pernah bercerita tentang masa kecilnya yang dipaksa oleh mamanya untuk menguasai seni tari, karena mereka berasal dari keluarga menak Sunda, jadi mamanya mengharuskan sahabat saya ini kursu tari tradisional, padahal dia tidak suka yang namanya menari. Ilmu yang didapat dari keterpaksaan membuat hasilnya tidak maksimal bahkan minimalis, ada ketidakpuasan dari kedua belah pihak. Dari pihak mama merasa kecewa sudah memberikan yang terbaik bagi anaknya tapi hasilnya tidak sesuai harapannya, dari pihak si anak merasa kesal karena harus menjalankan sesuatu yang tidak diminati, dia sekedar menjalankan agar mamanya tidak marah dan tambahlah lagi kekesalannya karena sudah merasa dituruti kemamuan sang mama masih juga disalahkan karena hasilnya tidak memuaskan. Situasi ini dinamakan lose lose solution, karena akhirnya kedua belah pihak hanya mendapatkan perasaan kekalahan.Intinya menjadi orang tua(guru ) yang baik adalah mampu menjalin komunikasi dengan anak(murid) untuk menghasilkan win-win solution. Jika anda berkeras untuk “memaksakan” suatu hal pada anak(murid) anda,  yang anda harus lakukan adalah persuasi anak(murid) anda, beberkan fakta, contoh, keuntungan dari apa yang akan anak(murid) anda dapat bila melakukan atau menerima keputusan atau saran anda. Sehingga mereka mengerti, faham dan sadar akan pilihan orang tuanya adalah demi kebaikan mereka sendiri.

R untuk Respek atau perduli, mulailah dari hal kecil diluar rutinitas yang biasa anda lakukan kepada anak(murid) anda misalnya pujilah gaya rambutnya atau pita yang dikenakannya, tanya bekal apa hari ini, ada cerita menarik apa di sekolah hari ini, seru ngak hari ini di sekolah? Saya jamin pasti awalnya mereka menjawab biasa aja, ya gitu deh, gak ada apa apa. Jangan kecewa karena mereka sedang memandang aneh kepada anda “ mamah(guruku) salah makan apa? Kok jadi sok deket, sok perhatian gini!!” mulailah dari diri anda, ceritakan hal ringan misal: eh mamah tadi lari pagi di gasibu lho, wuih seru udah bagus lho sekarang, kapan-kapan kita ke sana bareng yuk..”. Respek  menuntut kita melepaskan ego,  bukan memelihara sudut pandang “aku,saya”, tapi mampu melihat kebutuhan anak(murid) anda. Bila melihat anak lelah cobalah mengerti untuk tidak memaksanya pergi ke tempat les, bila nilainya jatuh, cobalah untuk kali ini tidak memarahinya tetap i coba cari tau dulu apa penyebabnya dengan mengajak anak(murid) anada bicara santai. Bagai main layangan ada saat kita tarik dan ada saat kita kendorkan / ulur agar layangan kita tetap membumbung tinggi.  Diperlukan kerendahan hati, dan cara berfikir yang selalu positif dalam menciptakan suasana hati kita agar mampu menghargai dan perduli pada keadaan anak(murid) kita.
                E =energik, pernah sekali waktu saya datang ke lapangan untuk mengajar masih dalam keadaan sedih karena masalah di rumah, hal ini membuat saya kurang bersemangat saat itu saat mengajar. Meski saya berusaha untuk bersikap biasa tetapi energi yang saya hasilkan negatif, alhasil suasana pembelajaran menjadi kacau. Pada jam kelas berikutnya saya mencoba untuk fokus meski saya tidak bisa membohongi kesedihan hati saya, tapi kali ini saya mencoba lebih berfikir positif. Saya sedikit menceritakan suasana hati saya yang lagi sedih (tidak cerita karena apa, hanya berbagi saja kalau saya sedang sedih), saya terapkan B di atas dengan menyampaikan manfaat latihan atau permainan hari ini bagi tubuh mereka. Saya sedang berkompromi untuk win win solution dengan mereka, tanpa mereka harus terpengaruh dengan suasana hati saya. Tetapi mereka fokus pada manfaat mereka melakukan gerakan yang saya minta. Jadi Energik yang saya maksud adalah guru(orang tua) mampu memancarkan sikap atau tindakan yang positif.

          Nyaman untuk N, adalah suatu keadan dimana murid(anak) merasa tidak takut untuk bercerita pada kita, merasa ingin apapun diceritakan pada kita, mereka ingin meminta saran, atau pendapat kita. Kunci untuk membuat rasa nyaman murid(anak) kita adalah mau mendengar dan tidak bertindak sok, atau over reaktif. Pernah suatu saat saya mendengar ada siswa bercerita pada wali kelasnya kalau dia sedang suka pada seseorang, bahasa kerennya “ngeceng”. Dia bercerita dengan menggebu dengan rona merah di pipinya, saya memperhatikan dan menangkap ada rasa malu, ada rasa bangga, ada rasa ingin terpancar dari gaya bahasa dan gestur yang ditunjukan sang anak. Sayangnya sang wali kelas kurang peka, dengan “sok”bijaksana sang wali kelas mulai menasehati bahwa kamu itu masih kecil, belum saatnya memikirkan hal pacaran,.... dan bla..bla...bla... segudang nasihat lainnya. Sepintas tidak ada yang salah dan dirasa memang layak dan seharusnya guru bertindak demikian, namun tanda sadar hal itu telah menutup pintu rasa nyaman si anak untuk suatu saat dia akan bercerita kembali. Tanpa kita sadar guru(orang tua) sering bertindak dengan menciptakan tameng untuk melindungi si anak namun justru tameng itu yang membuat mereka tidak nyaman. “jangan berpikir mereka belum saatnya tahu, atau mereka masih kecil”. Posisikan mereka sebagai rekan atau teman anda, dengar, tanggapi dengan penuh penasaran, gali kenapa dia suka si A, goda atau candai wajar, dan jangan berikan nasihat. Anda harus seolah olah mendukung atau mengamini prasangka anak terhadap perasaannya. Dan buat janji kapan kita berbicara lagi untuk membahas hal ini. Nah barulah kita masuk pelan pelan untuk memberikan saran, nasihat. Sekali lagi kuncinya adalah mau mendengarkan, buat mereka berharga. Hal lainnya adalah masih banyak guru(orang tua) yang langsung bertindak tanpa mendengar dulu alasannya, misalnya anak tidak buat lalai tidak buat PR, yang terjadi adalah langsung menjudge malas, dan ditegur di depan seisi kelas, apapun alasannya coba dengar dulu, beri kesempatan untuk mengerjakan tanpa harus dipermalukan, atau bisa juga setiap hal ada kesepakatan/konsensus bersama , apa akibat dari pelanggaran kesepakatan yang telah di buat. Ini akan membentuk karakter tanggung jawab. Berikan mereka kesempatan ke dua.

Jadilah guru(orang tua) yang GOKIL maksudnya adalah kita bisa masuk dalam dunia anak(murid) dan mau mencari tahu tentang jaman mereka. Terkadang kita harus tau apa yang lagi trend di kalangan mereka, agar kita bisa nyambung dengan obrolan mereka. Jangan malu dan canggung untuk menjadi seperti mereka. Bercandalah dengan mereka.

S untuk Strong atau kuat maksudnya adalah kita bisa diandalkan oleh anak(murid) kita, berilah kesan kita tahu banyak. Caranya ya kita harus banyak baca terutama yang berhubungan dengan fakta. Sering-seringlah melontarkan fakta-fakta menarik dan sederhana, misalnya saat di lampu merah beritahukan bila sistem lampu merah itu adalah menggunakan waktu yang telah di set oleh polisi, misalnya 50 detik untuk lampu merah dan 40 detik untuk lampu hijau, trus kenapa kalau malam lampu lalu lintas ada yang menjadi kuning berkedip, dll.

Elegan...menuntut kita sebagai guru(orangtua) yang kreatif dalam memecahkan masalah, misal kita mendapati anak atau adik kakak yang bertengkar, terkadang kita dalam menyelesaikan masalah mereka secara tidak sadar kita akan terbawa emosi untuk memarahi ke duanya ,mungkin kita anggap adil karena tidak berpihak pada salah seorang. Apalagi kita tidak melihat kejadiannya. Apakah masalahnya selesai? Tentu tidak, biasanya mereka masih belum puas karena kita hanya memaksa untuk saling memaafkan dengan masalah mereka yang menggantung. Sekali lagi coba untuk mau mendengarkan dari sudut pandang ke duanya sebelum kita memutuskan, jangan ragu untuk berpihak pada yang benar. Elegan juga berhubungan dengan cara kita memberikan punishment ataupun reward. Saat ini saya sedang mencoba mengkaryakan anak –anak yang datang terlambat ke sekolah untuk belajar menyapu, mengepel dan mengelap. Saya katakan itu bukan hukuman tetapi bentuk sumbangan tenaga kalian bagi kebersihan lingkungan sekolah, kenapa harus dengan tindakan demikian?  Semata-mata itu untuk mengingatkan mereka bahwa waktu haruslah dihargai, kita harus komitmen dengan waktu. Seusia anak SD biasanya kalau mereka terlambat menurut saya yang bertanggung jawab adalah orang tua/wali mereka, karena usia segitu berangkat sekolah pasti di antar, jadi bila mereka terlambat bukanlah 100% salah mereka. Ada pula yang beralasan anaknya susah bangun, lha itu tugas kita mendidik mereka untuk komitmen dengan jadwal.

K untuk Kalem, dimana guru(orang tua) mampu mengontrol emosi, mampu menyembunyikan perasaan yang ada dan selalu mampu menguasai keadaan, dalam kata lain tetap tenang. Contoh kecil, saat anak(murid) terjatuh dan terluka, biasanya kita sebagai orang tua (guru) panik dan membrondong dengan berbagai pertanyaan,”kok bisa jatuh?” ,”jatuh di mana?”, kamu kok gak ati-ati sih? Makanya jangan lari-lari, dll. Yang perlu dilakukan adalah tarik nafas dalam dan keluarkan perlahan.

Nah demikianlah penjabaran singkat tentang bagaimana kiat untuk menjadi BRENGSEK hehehe...bila pembaca sekalian tidak setuju, atau ada pengalaman lain, atau kiat lain dengan sangat terbuka dan senang hati saya harapkan, untuk dapat sharing berbagi pengalaman dengan saya.


Semoga kita senantiasa dimampukan oleh Tuhan untuk dapat menjadi Orang Tua (guru) yang amanah dalam menjawab panggilan dan kepercayaan Tuhan pada kita sebagai Guru(orang Tua), amiin.
Hasil gambar untuk keluarga bahagia kartun

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PembaTIK 2024

Guru dan Orangtua BRENGSEK

Berjaya di Tanah Legenda Lampaui Keterbatasan