Cara membuat Medsos menjadi sahabat belajar
Guru inspiratif merupakan guru yang mampu memberdayakan
siswanya, saya tergelitik
dengan kalimat di atas. Menurut kamus besar bahasa indonesia, insiparsi
adalah ilham, hal yang mendatangkan pelbagai bentuk kegiatan kreatif
manusia, karena ilham tadi atau inspirasi menjadi pendorong atau pencerahan
dalam pikirannya. Pikiran yang diterangi tadi mendorong orang yang bersangkutan
menghasilkan banyak karya kreatif.
Saya menemukan tulisan
yang sangat menarik yang akan saya bagikan melalui blog saya tentang guru
inspiratif yang mungkin juga orang tua inspiratif karena disini bagi saya
mengaju pada orang yang inspiratif apapun profesi dan kedudukannya.
Buku yang
saya baca berjudul mendidik
Pemenang bukan Pecundang karya
Dhitta Puti Sarasvati ( Dosen Sampoerna
University) dan J Sumardianta (guru SMA Kolose De Britto dan penulis ).
Dalam salah satu tulisannya dikatakan
“
Murid zaman digital itu lebih membutuhkan kearifan ketimbang pengetahuan. Lebih
memerlukan guru inspiratif ketimbang guru kurikulum. Pengetahuan bisa digali
murid sendiri di Wikipedia atau Google”
keren... saya langsung setuju. Guru
disebut gagal bila tidak menghasilkan output perubahan pada murid, perubahan
yang positif tentunya, perubahan pola pikir, perubahan karakter, perubahan kemampuan.
Namun bila murid malah berubah menjadi pendendam, pemarah, takut, wah itu
namanya guru yang gagal total.
Saya guru,
selama ini saya maunya mengubah, tetapi enggan berubah.
Pagi ini cuaca
cerah, sinar matahari masih lembut menyapu sebagian gedung sekolah sebelah
timur, seakan menambahkan semangat untuk saya mengajar. Sambil menunggu jam
saya mengajar yang jatuh pada jam ke 2 yaitu 07.55, saya berencana menyeruput
susu hangat dan sepotong pisang goreng di kantin sekolah sebelah lapang olah
raga tempat saya mengajar. Angan dan harapan saya untuk menikmati pisang gorang
dan susu terganjal tatkala melewati ruang BP, terdengar suara isak tangis dari
seorang siswi kelas 5 yang saat itu lagi ditangani Ibu guru BP. Penasaran,
empati, dan kepo hehehe saya masuk dan
ikut nimbrung. Guru BP tidak keberatan saya ikut nimbrung karena memang
kebetulan saya juga wakasek kesiswaan. Inti masalahnya adalah perang ejekan di
wall Facebook ditambah dengan foto yang dicoret di Instagram, berikut unfollow, lanjut argument di group
WA. Kriiiingggg….. belum kelar saya menjadi tempat sampah curahan uneg-uneg murid kelas 5 ini saya harus sudah mengajar di
lapang, dan hanya menatap penuh harap pada susu dan pisang goreng yang tampak
seperti memanggil dan berlenggok menarik hasrat nyemil saya.
Sampailah masalah
ini ke meja pembahasan di ruang rapat guru, meski tidak diagendakan namun
masalah ini sampai menyedot animo para guru. ternyata masalahnya tidak berhenti
pada si anak, tapi sampai pada orang tuanya yang ikut-ikutan bermusuhan di
sosmed. Singkat cerita buntut dari kejadian itu adalah ada beberapa kebijakan
sekolah
- Guru dan tenaga kependidikan dihimbau untuk tidak menggunakan sosmed saat jam sekolah
- Guru dan tenaga kependidikan dihimbau untuk tidak membuat status yang bernada mengeluh, menjelekan, dan atau memprofokasi tentang pekerjaannya yang dapat menimbulkan presepsi buruk pada institusi Yayasan atau Sekolah.
- Menghimbau pada para orang tua untuk mengawasi dan mengecek kegiatan putra/i nya dalam hal ber sosmed.
- Menghimbau pada para orang tua untuk mengarahkan putra/i nya kepada kegiatan yang positif seperti olahraga, bermusik, membaca, dll
Saya menjadi
tergelitik karena akhirnya sosmed seperti dipersalahkan dalam hal ini. Ini yang
membuat saya berfikir bagaimana cara untuk mendekatkan dan memanfaatkan sosmed
agar dapat mendukung kegiatan belajar mengajar.
Gamble,
Teri, dan Michael dalam Communication Works sebagaimana
dikutip Wikipedia menyebutkan, media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai
berikut :
- Pesan yang di sampaikan tidak
hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya
pesan melalui SMS ataupun internet
- Pesan yang di sampaikan bebas,
tanpa harus melalui suatu Gatekeeper
- Pesan yang di sampaikan cenderung
lebih cepat di banding media lainnya
- Penerima pesan yang menentukan
waktu interaksi
Saat ini Media
sosial yang populer digunakan di Indonesia antara lain Facebok, Twitter, Youtube, Blog, Google Plus, Instagram, What App. Sebagai salah satu media komunikasi, media sosial tidak hanya
dimanfaatkan untuk berbagi informasi dan inspirasi, tapi juga ekspresi diri (self expression), "pencitraan diri" (personal branding), dan ajang "curhat"
bahkan keluh-kesah dan sumpah-serapah. Status terbaik di media sosial adalah
update status yang informatif dan inspiratif. (www.romelteamedia.com).
Medsos ibarat pisau atau api, dimana semua
tergantung si pengguna apakah untuk hal positif atau negative.
Pisau dapat digunakan untuk memotong buah, sayur, namun bisa juga
sebagai senjata mempertahankan diri bahkan tindak kejahatan
strategi yang saya
gunakan adalah menjadikan medsos sebagai saluran positif tugas belajar.
Mengapa Tugas lewat Medsos??
jaman terus berubah, seiring itupun perkembangan teknologi bagai berlari. kita perlu kenal dahulu karakter dan tuntutan di abad 21 ini, dimana pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang harus mampu mengembangkan 4 C agar mereka siap dalam dunia nyata. 4C itu adalah:
1. Critical Thinking (berfikir Kritis)
2. Creativity (kreatif)
3. Comunication (mampu berkomunikasi efektif dan efisien)
4. Colaboration (mampu bekerjasama dengan siapa dan apa saja)
Lihat link berikut untuk memahami lebih lanjut ilustrasi 4C
peserta didik saat ini cenderung
1. melek teknologi khususnya gadget
2. aplikasiable (mudah beradaptasi dengan berbagai aplikasi)
3. serba ingin instan
4. aktualisasi diri ( diangap eksis, dan kekinian menjadi gaya hidup)
5. suka akan tantangan
6. individual secara fisik namun bekerja dan berinteraksi secara sosial melalui jejaring (network)
6. individual secara fisik namun bekerja dan berinteraksi secara sosial melalui jejaring (network)
melatih peserta didik agar dapat mengembangkan 4C tadi yang ada di dalam diri mereka, salah satu caranya adalah dengan menjadikan media sosial yang saat ini telah menyentuh peserta didik secara langsung di kehidupan mereka, sebagai sarana pembelajaran.
Tugas kliping, membuat karangan, membuat laporan, membuat kalimat dirasakan mejemukan maka dengan penugasan melalui media sosial kita memenuhi kebutuhan mereka akan berkomunikasi sosial.
bukankah membuat status memerlukan kemampuan berbahasa yang baik agar siapa saja yang membaca mengerti akan maksud dan tujuan kita?
intinya jangan batasi imaginasi mereka dalam berkreativitas, biarkan, namun kita tetap memiliki rambu-rambu yang telah disepakati bersama. Guru dituntut sebagai mentor, fasilitator, dan evaluator
maka dalam mendekatkan media sosial menjadi sahabat belajar, perhatikan
maka dalam mendekatkan media sosial menjadi sahabat belajar, perhatikan
- Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti yang akan dicapai dalam mata pelajaran, sehingga tugas akan menyambung dengan materi ajar, dan tidak meluas
- buat rubrik penilaian, ini sebagai indikator dan panduan peserta didik dalam berkarya
- buat kesepakatan waktu penyelesaian tugas
- kontrol pengerjaan mereka sudah sampai mana, kesulitan yang dihadapi, apa yang mereka buat dan akan diposting dimana
- apresiasi yang berhasil mengerjakan dengan memberi komentar positif pada postingannya
- gali minat peserta didik melalui diskusi ringan tentang materi ajar
dalam bekerja mengerjakan tugas yang kita berikan, arahkan peserta didik untuk dapat bekerja sesuai alur, yaitu
Berikut contoh Cara Memanfaatkan Media
Sosial dalam tugas belajar yang telah
saya lakukan:http://www.wilderdom.com/experiential/elc/ExperientialLearningCycle.htm |
- Dalam mata pelajaran PLH dimana materi saat itu adalah tentang pencemaran lingkungan, saya tugaskan siswa mencari daerah atau lokasi yang tercemar baik itu udaranya, airnya, tanahnya atau suaranya. Lalu mereka membuat semacam reportase atau laporan langsung menggunakan HP. Kemudian hasilnya dikumpulkan via WA, Instagram, youtube, atau facebook
- Dalam mata pelajaran PJOK teori
dimana saat itu sedang berlangsung Peparnas, saya tugaskan siswa membuat status
di akun masing masing atau punya orang tuanya tentang rasa bangga terhadap
perjuangan atlet-atlet peparnas dengnan harus men Tag, atau menandai akun saya
agar bisa dinilai (IG: @4nthonyh4ns28 @ddkiano
@laurenfelita @vianneyvirgil)
contoh via IG - Saat materi penghematan sumber daya alam, saya menugaskan siswa kelas 6 untuk membuat iklan yang isinya mengajak untuk menghemat energy, yang nanti hasilnya juga dikumpulkan via medsos (youtube :https://youtu.be/-9UFSrO9VVk
- Saat ada kegiatan sekolah seperti pensi, peringatan hari ayah atau 17 Agustusan kami biasanya membuat tagar # yang berkaitan dengan acara tersebut, dan di sosialisasikan kepada warga sekolah. Reward bisa dilihat dari like terbanyak, koment terunik, atau foto ter…. Terserah panitia yang nanti akan menilai disesuaikan dengan budget hadiah
- Untuk area diskusi kelompok saya juga pernah menugaskan mereka untuk membahas tentang “olahraga apa yang tepat untuk anak perempuan” via WA grup atau BBM grup. Dimana nanti saya akan cek HP salah seorang siswa untuk melihat percakapan wa grupnya
- Saat anak akan outing, para wali kelas akan membuat group WA untuk keperluan info tentang outing. Berisi tentang jadwal, hal yang harus dipersiapkan, apa saja yangn harus dibawa dll. Guru nanti saat pelaksaan akan secara kontinyu dan real time memposting foto kegiatan yang sedang berlangsung sampai menanyangkan siaran langsung kegiatan via Facebook atau Instagram. Sehingga akhirnya orang tua yang dirumah akan merasakan ikut outing.
- Membuat video pembelajaran (youtube : https://youtu.be/CnjyMAveSa0 https://youtu.be/5kthA46tt60
- Untuk mendukung kebijakan pemerintah dan sekolah tentang penghematan kertas (paperless) terkadang untuk hal hal yang bersifat tidak resmi maka pengumuman kepada orang tua akan menggunakan WA atau email
melalui kegiatan di atas, diharapkan anak dan orang tua mulai melihat dan merasakan positifnya ber
sosmed.
Banyak ranah dan karakter yang dapat di raih dalam penugasan berbasis Sosial Media,
diantaranya:
- Keterlibatan orang tua yang mau tidak mau harus mendampingi anaknya dalam pembuatan tugas
- Kepekaan dan rasa empati siswa dilatih. Contohnya saat mereka mencari lokasi tercemar, mewawancara atlet peparnas, mencari tau apa itu peparnas, mengamati penggunaan sumber daya energi, dll
- Melatih skill penguasaan gadget dan aplikasi agar tampilan, hasil tugas terlihat baik
- Menumbuhkan rasa ingin tahu
- Melatih berbahasa dengan membuat status yang positif dan sadar akan dampaknya
- Melatih kepercayaan diri (pose terbaik diri)
- Melatih mengambil angel gambar yang bagus (kemampuan fotografi)
- Terjadi komunikasi yang berkelanjutan antara guru dan orang tua
- Melatih memecahkan permasalahan
Kendala yang
dihadapi diantaranya adalah abis kuota hehehe tapi untung sekolah berbaik hati
untuk mempersilahkan menggunakan wifi sekolah, mama atau papah tidak punya akun
sosmed (anaknya malah yang mengajari papahnya buat akun ), ukuran video kebesaran
tidak muat masuk sosmed.
“Suatu
permasalahan pasti ada pemecahannya”, kalimat itu
yang selalu saya gunakan untuk membangkitkan motivasi siswa. Mungkin ada
pertanyaan “pak, tidak semua anak memiliki HP yang terbaru, bagaimana bisa
melakukkan hal seperti yang bapak lakukan?”
Sekali lagi “Suatu
permasalahan pasti ada pemecahannya”, bisa saja dari 1 kelas yang memiliki HP
hanya setengahnya atau hanya sepertiganya, bisa saja kita lakukan tugas di atas
secara berkelompok, dimana minimal dalam 1 kelompok terdapat 1 anak yang
memiliki HP. Saya
bisa melakukan ini karena kebetulan sekolah memiliki sumber daya peserta didik
dari kalangan menengah ke atas, sehingga
yang namanya gadget, HP, Tab, bukan lagi barang mewah tapi sudah menjadi
kebutuhan untuk menunjang kebutuhan komunikasi antara anak, supir, orang tua
dan tempat les.
Jadi, mari kira buka pikiran kita, buka wawasan kita, berani keluar dari
zona nyaman, dan memanfaatkan kemajuan teknologi guna mensukseskan proses
belajar mengajar yang dapat menambah pengalaman peserta didik untuk bekal
hidupnya di dunia nyata.
Semoga tulisan ini
dapat menginspirasi… salam teknologi untuk pendidikan
Komentar
Posting Komentar